A. TEKS AYAT
الرَّحْمَنُ (1) عَلَّمَ الْقُرْآنَ (2) خَلَقَ الْإِنْسَانَ (3) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (4)
B. ARTI KOSAKATA
الرَّحْمَنُ : salah satu nama Allah.
عَلَّمَ الْقُرْآنَ : yakni Allah mengajarkan al-Qur’an kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki.
خَلَقَ الْإِنْسَانَ : yakni menciptakan jenis manusia.
عَلَّمَهُ الْبَيَانَ : mengajarkan manusia pandai berbicara, yaitu mengungkapkan apa yang tergores dalam jiwa dengan salah satu bahasa. Ini diajarkan Allah, kalau tidak diajarkan Allah manusia tidak akan bisa berbicara.
C. TERJEMAH AYAT
1. (Tuhan) Yang Maha Pemurah,
2. Yang telah mengajarkan Al Qur'an.
3. Dia menciptakan manusia,
4. Mengajarnya pandai berbicara.
D. PENJELASAN AYAT
(الرَّحْمَنُ (1) عَلَّمَ الْقُرْآنَ (2)/ (Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al Qur'an).
Pada ayat ini Allah yang Maha Pemurah menyatakan bahwa Dia telah mengajar Muhammad saw al-Qur’an dan Muhammad telah mengajarkan umatnya. Ayat ini turun sebagai bantahan bagi penduduk Mekah yang mengatakan:
إِنَّمَا يُعَلِّمُهُ بَشَرٌ
Sesungguhnya al-Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)".
(Q.S. An Nahl: 103)
Oleh karena isi ayat ini mengungkapkan beberapa nikmat Allah atas hamba-Nya, maka surah ini dimulai dengan menyebut nikmat yang paling besar faedahnya dan paling banyak manfaatnya bagi hamba-Nya, yaitu nikmat mengajar Al-Qur’an. Maka manusia dengan mengikuti ajaran Al-Qur’an akan berbahagialah di dunia dan di akhirat dan dengan berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk Nya niscaya akan tercapailah tujuan di kedua tempat tersebut. Al-Qur’an adalah induk kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada sebaik-baik makhluk Allah yang berada di bumi ini.
(خَلَقَ الْإِنْسَانَ (3) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (4)/ Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara)
Dalam ayat ini Allah menyebutkan nikmat kejadian manusia yang menjadi dasar semua persoalan dan pokok segala sesuatu. Sesudah Allah menyatakan nikmat mengajar Al-Qur’an pada ayat yang lalu, maka pada ayat ini Dia menciptakan jenis makhluk-Nya ini dan diajarkan-Nya pandai membicarakan tentang apa yang tergores dalam jiwanya dan apa yang terpikir oleh otaknya, kalaulah tidak, mungkin tentu Muhammad tidak akan mengajarkan Al-Qur’an kepada umatnya.
Manusia adalah makhluk yang berbudaya, tidak dapat hidup kecuali dengan berjamaah, maka haruslah ada alat komunikasi yang dapat menghubungkan antara ia dengan saudaranya yang menulis kepadanya dari penjuru dunia yang jauh dan dari benua-benua serta dapat memelihara ilmu-ilmu terdahulu untuk dimanfaatkan oleh orang-orang kemudian dan menambah kekurangan-kekurangan yang terdapat dari orang-orang terdahulu.
Ini adalah suatu anugerah rohaniah yang sangat tinggi nilainya dan tidak ada bandingannya dalam hidup, dari itu nikmat ini didahulukan sebutannya dari nikmat-nikmat lainnya.
Pertama-tama dimulai dengan sesuatu yang harus dipelajari, yaitu Al-Qur’an yang menjamin kebahagiaan, lalu diikuti dengan belajar kemudian ketiga cara dan metode belajar, dan seterusnya berpindah kepada membacakan benda-benda angkasa yang diambil manfaat dari padanya.
E. PELAJARAN AYAT DAN KAITANNYA DENGAN SUBYEK PENDIDIKAN
Pelajaran yang terkandung dalam ayat adalah :
1. Dalam surat ar-Rahman Allah Yang Maha Pemurah menyebutkan berbagai nikmat yang besar baik nikmat agama, dunia, dan akhirat. Setelah menyebutkan setiap nikmat Allah berfirman (فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ/Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?), untuk mengingatkan manusia atas nikmat yang diberikan Allah kepadanya, menumbuh kembangkan rasa takut pada dirinya, dan menghina orang yang mengingkari nikmat tersebut.
2. Nikmat pertama yang Allah sebutkan adalah nikmat yang paling besar dan paling agung, yaitu nikmat diturunkannya al-Qur’an sebagai pedoman bagi kehidupan manusia.
3. Nikmat yang kedua dan ketiga adalah diciptakannya jenis manusia untuk memakmurkan bumi ini, dan diajarkannya berbicara dan memahami. Inilah di antara kelebihan manusia dari makhluk lain.
Kaitannya dengan subyek pendidikan adalah bahwa dari empat ayat di atas kita mendapatkan pelajaran bahwa Allah adalah sebagai pelaku/subyek pendidikan, yaitu yang mengajarkan manusia al-Qur’an sebagaimana mengajarkannya juga pandai berbicara. Kemudian Rasulullah saw mwngajrkan al-Qur’an kepada umatnya.
Di surat lain, Allah mengajarkan al-Qur’an kepada Rasulullah saw melalui Malaikat Jibril as. Oleh karena itu Jibril juga termasuk pelaku pendidikan, sebab ia mengajarkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw. Firman Allah :
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى (1) مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى (2) وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4) عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى (5) ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى (6) وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلَى ... الآيات
Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi. (QS. An-Najm : 1-7) ... dan ayat seterusnya.
Setelah al-Qur’an atau ilmu diterima seseorang, maka selanjutnya orang itu mengajarkannya kepada orang lain. Dalam surat al-Kahfi Allah mengkisahkan seorang hamba-Nya (Khidhr) mengajarkan ilmu kepada Nabi Musa as. Firman-Nya :
فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا (65) قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا (66) قَالَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا (67) وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَى مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا (68) قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا (69) قَالَ فَإِنِ اتَّبَعْتَنِي فَلَا تَسْأَلْنِي عَنْ شَيْءٍ حَتَّى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا (70)
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun". Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu". (QS. Al-Kahfi : 65-70)
Dan pada ayat lain Allah memerintahkan kepada orang yang tidak tahu bertanya kepada orang yang berilmu, firman-Nya :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (43) بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (44)
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan, (QS. An-Nahl : 43-44)
Jadi di sini subyek (pelaku) pendidikan adalah Rasulullah saw dan orang-orang yang berilmu.
Dari sisi lain kita juga mendapatkan pelajaran bahwa kebenaran itu bersumber dari Allah swt. Allah mengajarkannya kepada Rasul-Nya melalui Malaikat Jibril. Orang yang mencari kebenaran harus memastikan bahwa kebenaran itu bersumber kepada Allah dan Rasul-Nya.
E. PELAJARAN AYAT DAN KAITANNYA DENGAN SUBYEK PENDIDIKAN
Pelajaran yang terkandung dalam dua ayat di atas, antara lain :
1. Wajib bertanya kepada orang yang berilmu bagi orang yang tidak tahu tentang urusan agamanya, baik itu masalah akidah, ibadah, maupun hukum.
2. As-Sunnah merupakan kebutuhan mutlak, karena as-Sunnah menjelaskan secara rinci kandungan al-Qur’an yang bersifat global dan menjelaskan makna-maknanya.
Kaitannya dengan subyek pendidikan adalah bahwa orang-orang yang berilmu dan Rasulullah saw adalah sebagai pelaku pendidikan. Orang-orang yang berilmu harus menjawab pertanyaan orang-orang yang bertanya tentang urusan agamanya, baik dalam masalah akidah, ibadah maupun masalah hukum. Juga Rasulullah saw menjelaskan secara rinci kandungan al-Qur’an yang bersifat global, dan menerangkan makna-maknanya.
Ø Objek Pendidikan
Surah asy-Syu'ara: 214
Pendidikan merupakan hak setiap manusia di dunia. Di Indonesia, hak tersebut telah tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 yang berbunyi pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara. Undang-undang di negeri ini memberikan penjelasan yang negara memiliki kewajiban dalam memenuhi pendidikan setiap warganya. Terlepas dari bunyi undang-undang dasar tersebut, pendidikan sangat diperlukan manusia, agar secara fungsional manusia mampu memiliki kecerdasan (intelligence, spiritual, emotional) untuk menjalani kehidupannya dengan bertanggung jawab, baik secara pribadi, sosial, maupun profesional.
Manusia diciptakan ALLAH sebagai makhluq belajar.Belajar untuk lebih baik, dan bertahan hidup.Tentu saja untuk belajar diperlukan seorang pengajar.
Oleh karena itu, jadilah 2 kewajiban manusia sebagai fitrahnya yaitu belajar dan mengajar, sehingga kedua pilihan itu harus dijalani, apakah menjadi pelajar atau pengajar? Lantas, ketika kewajiban untuk mengajar akan kita penuhi, siapa saja yang akan menjadi objeknya?karena ALLAH berfirman bahwa ALLAH tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali mereka merubah nasibnya sendiri.
Oleh sebab itu tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui siapa yang menjadi objek pendidikan kita menurut Alquran.
1.Metode yang digunakan untuk pembahasan makalah ini adalah metode tathbiq terhadap Alquran surat 26:214.
2.Alquran Surat 26:214 menyatakan agar kita memperingatkan keepada kerabat-kerabat terdekat.
Jadi objek pendidikan yang dinyatakan dalam Alquran Surat 26:214 adalah keluarga terdekat.
Surah asy-Syu'ara: 214 وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِين "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat"( QS. 26: 214)".
Ketika ayat ini turun, Rasul SAW naik ke puncak bukit Shafa, di Mekah, lalu menyeru keluarga dekat beliau dari keluarga besar 'Ady dan Fihr yang berinduk pada suku Quraisy.
Semua keluarga hadir atau mengirim utusan. Abu Lahab pun datang, Ialu Nabi SAW bersabda: "bagaimana pendapat kalian, jika aku berkata bahwa:di belakang lembah ini ada pasukan berkuda bermaksud menyerang kalian, apakah kalian mempercayai aku?" mereka berkata: "Ya, kami belum pernah mendapatkan darimu kecuali kebenaran". Lalu Nabi bersabda: "Aku menyampaikan kepada kamu semua sebuah peringatan, bahwa di hadapan sana (masa datang) ada siksa yang pedih". Abu Lahab yang mendengar sabda beliau itu, berteriak kepada Nabi SAW berkata: "celakalah engkau sepanjang hari, apakah untuk maksud itu engkau mengumpulkan kami? Maka turunlah surah Tabbat Yada Abi Lahab" (HR.Bukhori, Muslim, ahmad, dan lain-lain melalui ibn abbas(. Demikianlah ayat ini mengajarkan kepada rasul SAW dan umatnya agar tidak pilih kasih, atau memberi kemudahan kepada keluarga dalam hal pemberian peringatan.Ini berarti Nabi Muhammad SAW dan keluarga beliau tidak kebal hukum, tidak juga terbebaskan dari kewajiban. Mereka tidak memiliki hak berlebih atas dasar kekerabatan kepada rasul SAW, karena semua adalah hamba Allah, tidak ada perbedaan antara keluarga atau orang lain. Bila ada kelebihan yang berhak mereka peroleh, maka itu disebabkan karena keberhasilan mereka mendekat kepada Allah dan menghiasi diri dengan ilmu serta akhlak yang mulia.
SYARH DAN TAFSIR SINGKAT
Ketika ayat ini turun, Rasul SAW naik ke puncak bukit Shafa, di Mekah, lalu menyeru keluarga dekat beliau dari keluarga besar 'Ady dan Fihr yang berinduk pada suku Quraisy.
Semua keluarga hadir atau mengirim utusan. Abu Lahab pun datang, Ialu Nabi SAW bersabda: "bagaimana pendapat kalian, jika aku berkata bahwa:di belakang lembah ini ada pasukan berkuda bermaksud menyerang kalian, apakah kalian mempercayai aku?" mereka berkata: "Ya, kami belum pernah mendapatkan darimu kecuali kebenaran". Lalu Nabi bersabda: "Aku menyampaikan kepada kamu semua sebuah peringatan, bahwa di hadapan sana (masa datang) ada siksa yang pedih". Abu Lahab yang mendengar sabda beliau itu, berteriak kepada Nabi SAW berkata: "celakalah engkau sepanjang hari, apakah untuk maksud itu engkau mengumpulkan kami?" Maka turunlah surah Tabbat Yada Abi Lahab" (HR.Bukhori, Muslim, Ahmad dan lain-lain melalui Ibn Abbas).
Ilmu pengetahuan adalah sebuah hubungan antara panca indera, akal dan wahyu. Dengan pancaindera dan akal (hati), manusia bisa menilai sebuah kebenaran (etika) dan keindahan (estetika). Karena dua hal ini adalah piranti utama bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Namun, disamping memiliki kelebihan, kedua piranti ini memiliki kekurangan.
Demikianlah ayat ini mengajarkan kepada rasul SAW dan umatnya agar tidak pilih kasih, atau memberi kemudahan kepada keluarga dalam hal pemberian peringatan dan pendidikan. Dalam sebuah pendidikan tentunya terdapat sebuah subyek, obyek dan sarana-sarana lain yang sekiranya dapat membantu terselenggaranya sebuah pendidikan. Allah SWT telah memerintahkan kepada Rasul-Nya yang mulia, di dalam ayat-ayat yang jelas ini, agar dia memberikan peringatkan kepada keluarga dan sanak kerabat dulu kemudian kepada seluruh umat manusia agar tidak seorang pun yang berprasangka jelek kepada nabi, keluarga dan sanak kerabatnya. Jika dia memulai dengan memberikan peringatan kepada kelurga dan sanak kerabatnya, maka hal itu akan lebih bermanfaat dan seruannya akan lebih berhasil. Allah juga menyuruh agar bersikap tawadhu kepada pengikut-pengikut yang beriman, bersikap baik keapad mereka, dan ikut menggung kesusahan yang mereka mau menerima nasehat.
Dalam pembahasan ini topik yang saya ambil adalah OBJEK PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN Surat ASY-SYU’ARA AYAT 214.
Adapun pembahasan dalam makalah ini adalah:
A.Pentingnya pengetahuan bagi kelangsungan hidup manusia dan ayat-ayat pendidikan yang Relevan dengan surat as-syu’ara 214
B.Hadist yang berkenaan dengan surat asy-syu’ara ayat 214
C.Operasional pendidikan dan filosof-filosof islam tentang pendidikan Obyek yang akan saya ambil dalam pembehasan ini adalah usrah (keluarga), penyebutan keluarga dalam bahasa arab dengan ‘asyirah ini memiliki relevansi.
Disebut ‘asyirah ar-rajuli(keluarga seorang), karena dengan keluarga itu ia memperbanyak diri. Adapun:
1.Alquran Surat Asy-syu’ara:214: وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِين
2.Terjemah “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,”
3.Mufrodat: kerabat-kerabat/keluarga.
Kata ‘asyirah (keluarga) terbentuk dari kata ‘asyara-ya’syiru-‘asyirah. Kata ini terambil dari kata ‘asyarah yang berarti bilangan sepuluh. Penyebutan keluarga dalam bahasa arab dengan ‘asyirah ini memiliki relevansi.
Disebut ‘asyirah ar-rajuli(keluarga seorang) karena dengan keluarga itu ia memperbanyak diri. Maksudnya, keluarga baginya memiliki kkedudukan bilangan yang sempurna, yaitu ‘asyarah atau sepuluh.Jadi, kata ‘asyarah digunakan untuk menyebut sekelompok kerabat yang dengannya seseorang memperbanyak diri Dari kata ini diambil kata ‘asyir yang berarti suami atau istri, serta setiap kerabat baik dekat atau jauh. Dari kata itu pula diambil kata mu’asyaroh yang berarti pergaulan dalam rumah tangga, sebagimana dalam firman Allah ,”Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut…”(QS. Annisa :19). Maksud kata ‘asyarah di dalam surah ini adalah keluarga. Dalam Tafsir Almishbach di sebutkan bahwa kata ‘asyarah berarti anggota suku yang terdekat .ia terambil dari kata ‘asyara yang berarti saling bergaul, karena anggota suku yang terdekat atau keluarga adalah orang-orang yang sehari-hari saling bergaul.
PEMBAHASAN
A.Pentingnya Pengetahuan Bagi Kelangsungan Hidup Manusia Dan Ayat-Ayat Pendidikan Yang relevan dengan surat as-syu’ara 214
Al-Qur’an telah berkali-kali menjelaskan akan pentingnya pengetahuan.Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Manusia memiliki potensi untuk mengetahui, memahami apa yang ada di alam semesta ini. Serta mampu mengkorelasikan antara fenomena yang satu dan fenomena yang lainnya. Karena hanya manusia yang disamping diberi kelebihan indera, manusia juga diberi kelebihan akal. Yang dengan inderanya dia mampu memahami apa yang tampak dan dengan hatinya dia mampu memahami apa yang tidak nampak.
Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 31 disebutkan: “Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya”.
Yang dimaksud nama-nama pada ayat tersebut adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui rahasia alam raya. Adanya potensi itu, dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta ketidakmampuan alam raya membangkang terhadap perintah dan hukum-hukum Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya, semua itu mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam yang telah ditundukkan Tuhan.
Dari sini dapat dipahami bahwa betapa pentingnya pengetahuan bagi kelangsungan hidup manusia. Karena dengan pengetahuan manusia akan mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, yang membawa manfaat dan yang membawa madharat. Dalam sebuah sabda Nabi saw. dijelaskan: “Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah) Hadits tersebut menunjukkan bahwa Islam mewajibkan kepada seluruh pemeluknya untuk mendapatkan pengetahuan. Yaitu, kewajiban bagi mereka untuk menuntut ilmu pengetahuan.
Dalam objek pendidikan telah terserat dalam Al Qur’an, yaitu dalam surat At Tahrim ayat 6, Assyu’ara 214, At Taubat 122 dan An Nisa 170.A. QS At Tahrim Ayat 6, Surah ‘Abasa ayat 1-3. Dan dalam pembahasan ini saya mengambil “OBJEK PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN Surat ASY-SYU’ARA AYAT 214”.
Pendidikan bukanlah proses pengajaran saja, Dalam Perspektif Al-Quran Surat Asy-Syu’ara Ayat 214 وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِين “Dan berilah peringatkan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” Dalam sebuah pendidikan tentunya terdapat ilmu pengetahuan, adanya tujuan pendidikan, subjek pendidikan, metode pengajaran dan tentunya terdapat objek pendidikan pula melainkan segala usaha penanaman (Internalisasi ) nilai-nilai islam kedalam diripun diperlukan, dan harus ditanamkan yang namanya Pendidikan. Pendidikan pun dalam islam menggunakan beberapa istilah, yaitu tarbiyah, ta’lim, ta’dib, dan tazkiyah.
Kata ilmu dalam bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek ilmu pengetahuan dan juga objek pendiidkan. Setiap pengetahuan memiliki subjek dan objek. Secara umum subjek dituntun perananya memahami objek..
B.Hadist Yang Berkenaan Dengan Surat Asy-Syu’ara Ayat 214
Dalam pendidikan dan pembelajaran, secara epistimologi menurut Islam dikenal tiga macam bentuk penelaahan.
Pertama Telaah atas sumber pokok ajaran islam yaitu AlQuran dan hadist, Kedua telaah hasil pemikiran dalam penelitian para ulama dan pakar, dan yang Ketiga adalah telaah atas bentuk perilaku ummat islam yang merupakan refleksi keyakinan terhadap ajaran yang disesuaikan dengan ruang dan waktu.
Dan disini saya akan menelaah tentang telaah sumber pokok ajaran islam yaitu AlQuran dan khususnya dalam pembahasan ini “OBJEK PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN Surat ASY-SYU’ARA AYAT 214”.
Setelah Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw. menghindari kemusyrikan, yang tujuan utamanya adalah semua yang berpotensi disentuh oleh kemusyrikan, kini ayat 214 berpesan lagi kepada beliau bahwa : Hindarilah segala yang daoat mengundang murka ALLAH, dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat tanpa pilih kasih. Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan hiburan ALLAH kepada nabi Muhammad yang telah dikecewakan oleh dikap kaumnya dalam menanggapi dakwah yang disampaikannya dengan mengatakan memang demikian sikap orang-orang musyrik itu terhadap dakwah yang disampaikan kepada mereka.pada ayat ini diterangkan bahwa Rosullulloh diperintahkan untuk menyampaikan dakwah kepada kerabat-kerabatnya yang terdekat.
Selain itu ada juga ada beberapa hadist yang berkenaan dengan ayat mulia ini, beberapa hadist-hadistnya diantaranya adalah :
1. Hadist pertama: Imam ahmad meriwayatkan bahwa ibnu abbas berkata “Ketika allah menurunkan ayat : وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِين “Dan berilah peringatkan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat” Nabi Mendatangi bukit shafa lalu naik ke atasnya dan memanggil “Hai orang-Orang yang ada di pagi hari, lalu berhimpunlah banyak orang menuju beliau baik orang yang datang langsung atu mengutus seseorang,
maka Rasulullah bersabda: يابني عبد المطلب, يابني فهر يابني لؤي, ارايتم لواخبرتم ان حيلا بسفح هذا الحبل تريد ان تغير عليكم صدقتموني قالو:نعم. قال:فإني تذير لكم بين يدعذاب شديد. Ya bani abdul mutholib, ya bani fahr, ya bani lu-ay, apa pendapat kalian seandainya aku kabarkan kepada kalian bahwa satu pasukan kuda yang ada dibalik gunung ini hendak menyerang kalian apakah mempercayaiku? Mereka menjawab”ya” beliaupun brsabda sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan dihadapan robb yang memiliki adzab yang “pedih” . Lalu abu lahab berkata “celakalah sepanjang hari , apakah engkau memanggil kami hanya untuk ini? Lalu Allah turunkan "تبت يداابي لهب وتبت " Binasalah kedua tangan abu lahab dan sesunguhnya dia akan binasa. Q.S: Al-lahab:1, HR Al-Bukhari, Muslim, at-Thirmidzi dan an-Nasa’i.
2. Hadist kedua : Imam ahmad berkata bahwa Aisyah berkata tatkala turun ayat : وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِين“Dan berilah peringatkan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”, Rasulullah memanggil orang-orang Quraish umum maupun secara khusus lalu beliau bersabda: يافاطمة بنت محمد ياصافية بنت عبد المطلب يا بني عبد المطلب لا املك لكم من الله شيئا سلوني من مالي ماشئتم“Ya Fathimah puteri Muhammad, ya Shafiyah puteri Abdul Muthalib ya bani Abdul Muthalib. Aku tidak dapat membela kalian sedikitpundari Allah .Mintalah kalian bagian hartaku apa yang kalian inginkan “(H.R Muslim).
3. Hadist ketiga : Imam Ahmad meriwayatkan bahwa abu hurairah berkata “tatkala turun ayat ini وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِين “Dan berilah peringatkan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”, Rasulullah memanggil orang-orang Quraisy, baik secara umum maupun secara khusus,
lalu beliau bersabda: يا معشر قريش انفدوا انفسكم من النلر, يامعشر بني كعب انفدوا انفسكم من النار يامعشر بني عبد المطلب أنقد انفسكم من النار, يا فاطمة بنت محمد أن انقد نفسك من النار فإنيى والله لااملك لكم من الله شيئا إلاأن لكم رحماسأبلها ببلالها. “Hai orang-orang Quraiys, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Hai, Bani Ka’bah selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Hai Bani hasyim selamatkanlah diri kaian dari api neraka. Hai bani abdul mutrholib selamatkanlah dari api neraka. Hai Fathimah puteri Muhammad selamatkanlah dirimu dari api neraka.
Sesungguhnya aku demi nama Allah tidak dapat membela kalian sedikitpun dihadapan Allah kecuali kalian memiliki hubungan rahim yang akan memercikan basahnya “(diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi dari Hadist abdul malik bin Umair dan AT-Tirmidzi berkata, Gharib dari jalur ini diriwayatkan oleh Nasa’I serta keduanya di tahrij didalam ash-Shahih dari hadist as-Zuhri.
4. Hadist keempat : Imam ahmad meriwayatkan bahwa ali berkata “tatkala turun ayat ini: وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِين “Dan berilah peringatkan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”, Nabi menghimpun keluarganya hingga mencapai 30 orang lalu mereka makan dan minum kemudian
nabi berkata kepada mereka: من يضمن عني ديني ومواعدي ويكون معي في الجنة ويكون خليفتي في اهلي فقال رجل "لم يسمه شريك " يارسول الله: انت كنت بحرا من قوم بهذا ثم قال "الآخر ثلاثا قال "فعرض ذلك علي اهل بيته, فقال علي"انا" Siapa yang dapat menanggung hutang dan perjanjianku dan ia akan bersamaku di dalam surge serta menjadi penggantiku , maka berkata seorang laki-laki yang tidak disebut namanya oleh syuraik “Hai Rasulullah Engkau adalah lautan siapakah yang mampu melaksanakan hal tersebut kemudian beliau mengatakan hal itu sebanyak tiga kali kepada yang lainya dan disodorkanya kepada saudaranya dan keluarganya, Maka Ali berkata”aku”.
Allah memerintahkan Nabi muhammada agar menyampaikan agama kepada kerabatnya, dan menyampaikan janji dan ancaman ALLAH terhadap orang-orang yang mengingkari dan menyekutukan-Nya. Diriwayatkan oleh al-bukhari, muslim, dan perawi lainnya dari Abu Hurairah bahwa ia berkata,”Tatkala ayat ini turun, rasullullah lalu memanggil orang-orang quraish untuk berkumpul di Bukit Safa.
Diantara mereka ada yang datang sendiri, dan ada yang mengirimkan wakilnya. Setelah berkumpul lalu Rasullullah berkhutbah,”Wahai kaum Quraisy, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Sesungguhnya aku tidak mempunyai kesanggupan member manfaat kepadamu. Wahai sekalian Bani Ka’ab bin Lu’ai, selamatkanlah dirimu dari api api neraka, maka sesunnguuhnya aku tidak mempunyai kesanngupan member mudarat dan tidak pula member manfaat kepadamu. Hai Bani Qusai selamatkanlah dirimu dari api neraka. Sesungguhnya aku tidak mempunya kesanggupan member mudarat dan tidak pula member manfaat kepadamu. Ahi Baini Abdul manaf, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Sesungguhnya aku tidak mempunyai kesanggupan untuk member mudarat dan tidak pula member manfaat kepadamu, ketahuilah aku hanya dapat menghubungi karibku di dunia ini saja’.
Ayat ini diturunkan pada awal kedatangan Islam ketika Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwahnya.Beliau mula-mula diperintahkan ALLAH agar menyeru keluarganya yang terdekat.Setelah itu secarab berangsur-angsur menyeru masyarakat sekitarnya, dan akhirnya kepada seluruh manusia. Fitrah beragama merupakan potensi yang mempunyai kecendrungan untuk berkembang.Namun fitrah ini dipengaruhi oleh factor ekternal da internal.
C.Operasional Pendidikan Dan Filosof-Filosof Islam Tentang Pendidikan
Lingkungankeluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu peranan keluarga(orang tua) dalam pengembangan kesadaran beragama anak sangatlah dominan. QS attahrim:6, menunjukkan bahwa orangtua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan agama kepada anak dalam upaya menyelamatkan mereka dari siksa api neraka. “hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
Mengenai pentingnya peranan orang tua dalam pendidikan agama bagi anak, Nabi Muhammad Saw.bersabda “Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah(suci), maka kedua orang tuanyalah anak itu menjadi yahudi, nashroni, atau majusi. Pendidikan sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus mempunyai dasar sebagai acuan bagi semua kegiatan dan perumusan tujuan pendidikan dibangun.
Dasar yang menjadi acuan pendidikan tersebut merupakan sumber nilai kebenaran dan keluatan yang dapat mengantarkan pada aktivitas yang di cita-citakan. Dan prinsip pendiidkan itu berpacu pada akhlaq, ibadah, social, dan hikmah.
Demikian pula dalam hadist, Rasulillah SAW sebagai seorang guru dan pendidik. Beliau menggunakan al-Arqom bin Abil arqum sebagai pusat lembaga pendiidkan. Dan beliau memanfaatkan tawanan perang untuk mengajarkan tulis baca kepada ummat islam. Lalu beliau mengrim para sahabat ke berbagai daerah yang baru memeluk islam.
Walaupun objek pendidikan dalam ayat As-syuaraa’ ayat 214 وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِين“Dan berilah peringatkan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”(Q.S As-syuaraa’ ayat 214). Di sini jelas, perintah menjadikan keluarga terdekat terlebih dahulu dalam arti sebagai objek pendidikan yang utama. Baru kemudian kerabat jauh dan akhirnya seluruh manusia.
Akan tetapi ijtihad dalam pendidikan sangat diperlukan, karena pendidikan itu bersifat aplikasi, teknisi, dan rinci. Karena sifat perubahan situasi dan kondisi social yang semakin dinamis dan drastic, dengan sendirinya teori-teori pendidikanpun perlu dipikirkan relevasinya dengan situasi kondisi tersebut.
Adapun dasar operasional pendidikan terdiri atas:
1.Dasar historis, yaitu dasar yang member persiapan kepada pendidik dari hasil pengalaman masa lalu undang-undang dan peraturan-peraturanya.
2.Dasar social, yaitu dasar yang memberikan kerangka budaya yang pendidikanya itu berolak dan bergerak.
3.Dasar ekonomi, yaitu dasar yang memberikan perspektif tentang potensi-potensi manusia dan keungan.
4.Dasar politik dan administrative, yaitu dasar yang memberikan ideologi dasar akidah yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat.
5.Dasar psikologis, yaitu dasar yang memberikan informasi tentang watak, car terbaik dan praktek pencapaian dan penilaian secara bimbingan
6.Dasar filosofis , yang memberikan kemampuan memilih yang terbaik member arah suatu system mengontrol dan member arah kepada semua dasar-dasar operasional lainya.
Selain itu Filosof-filosof Islam sepakat bahwa pendidikan akhlaq adalah jiwa dari materi pendidikan islam.
Sebab tujuan pertama dan termulia pendidikan adalah menghaluskan akhlaq dan mendidik jiwa.
Materi pendidikan harus mengacu kepada tujuan, bukan sebaliknya tujuan mengarah pada suatu materi, oleh karenanya materi pendidikan tidak boleh berdiri sendiri terlepas dari kontrol tujuannya.
Klasifikasi materi pendidikan dalam islam adalah :
1.Pengajaran tradisional (materi pengajaran agama).
2.Bidang ilmu pengetahuan, yang meliputi Sosiologi, Psikologi, sejarah dan lain-lain. Dalam pandangan Al-Faruqi disebut “Ummatic Sciences” atau terminology Qur’an disebut “Al-Ulumul Insaniyyah”.
3.Sub bidang ilmu pengetahuan alam, dikenal dengan “Al-Ulumul Kauniyyah” yang meliputi astronomi, biologi, botani dan lain-lain.
Dalam konteks pendidikan islam yang universal selain ilmu yang terkait dengan ketauhidan dan peribadatan, ada jenis ilmu yang seharusnya dikaji oleh umat Islam yaitu, ilmu-ilmu tentang jagad raya ini yang bisa diobservasi, yaitu ilmu alam, ilmu sosial, dan humaniora.
Ilmu-ilmu alam terdiri atas fisika, biologi, kimia dan matematika.
Ilmu sosial meliputi ilmu sosiologi, psikologi, sejarah dan antropologi. Sedangkan humaniora adalah filsafat, bahasa dan satra dan seni, disamping ilmu-ilmu pokok seperti Al-qur’an, syair dan fiqih.
Ilmu pengetahuan adalah sebuah hubungan antara pancaindera, akal dan wahyu. Dengan panca indera dan akal (hati), manusia bisa menilai sebuah kebenaran (etika) dan keindahan (estetika).
Karena dua hal ini adalah piranti utama bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Namun, disamping memiliki kelebihan, kedua piranti ini memiliki kekurangan. Sehingga keduanya masih membutuhkan penolong untuk menunjukkan tentang hakikat suatu kebenaran, yaitu wahyu. Dan dengan wahyu manusia dapat memahami posisinya sebagai khalifah fil ardh.
Tujuan dan tugas hidup manusia adalah hanya untuk Allah SW. Indikasi tugasnya berupa, ibadah. Dan manusia hidup itu bukan karena kebetulan, karena tujuan yang diharapkanya tidak terlepas dari ibadah. Maka tidak terlepas pula manusia itu dari dasar arah pendiidkan , sebagaiman di gamnbarkan diatas .Oleh karena itu Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu peranan keluarga(orang tua) dalam pengembangan kesadaran beragama anak sangatlah dominan. ‘ Wallahu a’lam bissowab”
KESIMPULAN
Alquran Surat Asy-syu’ara:214 berisi perintah menjadikan keluarga terlebih dahulu dalam arti sebagai objek pendidikan yang utama. Baru kemudian kerabat jauh dan akhirnya seluruh manusia seperti yang dijelaskan dalam hadits tadi. Selain itu Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu peranan keluarga(orang tua) dalam pengembangan kesadaran beragama anak sangatlah dominan.
ayat As-syuaraa’ ayat 214 وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِين “Dan berilah peringatkan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”(Q.S As-syuaraa’ ayat 214).
Di sini jelas, perintah menjadikan keluarga terdekat terlebih dahulu dalam arti sebagai objek pendidikan yang utama. Baru kemudian kerabat jauh dan akhirnya seluruh manusia.
Selain itu Adapun dasar operasional pendidikan yang harus kita ketahui terdiri atas, Dasar historis, Dasar social, Dasar ekonomi, Dasar politik dan administrative, Dasar psikologis , Dasar filosofis. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu peranan keluarga(orang tua) dalam pengembangan kesadaran beragama anak sangatlah dominan, hal ini menunjukkan orangtua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan kepada anak dalam upaya menyelamatkan mereka dari siksa api neraka.
Maka dari itu keluarga adalah sebagai objek pendidikan yang utama.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar