Senin, 28 Oktober 2019

SUBYEK PENDIDIKAN



I.                   SUBYEK PENDIDIKAN
A.      Surat Ar-Rahman: 1-4
اَلرَّحْمٰنُ ﴿١﴾ عَلَّمَ اْلقُرْءَانَ ﴿٢﴾ خَلَقَ الْإِنْسَانَ ﴿٣﴾ عَلَّمَهُ الْبَيَانَ ﴿٤﴾
“Allah yang maha pemurah.  Yang telah mengajarkan Al-Quran.  Dia menciptakan manusia.  Mengajarnya pandai berbicara.” (Al-Rahman:1-4)
B.  Tafsir Surat Ar-Rahman : 1 - 4
Ayat 1 dan 2 : Pada ayat ini Allah yang maha pemurah menyatakan bahwa Dia telah mengajar Muhammad Al-Quran dan Muhammad telah mengajarkan umatnya. Ayat ini turun sebagai bantahan bagi penduduk Makkah yang mengatakan “Sesungguhnya Al-Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”.
Oleh karena ayat ini mengungkapan beberapa nikmat Allah atas hamba-Nya, maka surat ini dimulai dengan menyebut nikmat yang paling besar faedahnya dan paling banyak manfaatnya bagi hamba-Nya, yaitu nikmat mengajar Al-Quran. Maka manusia dengan mengikuti ajaran Al-Quran akan berbahagia di dunia dan di akhirat dan dengan berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk-Nya niscaya akan tercapailah tujuan di kedua tempat tersebut.
Ayat 3 dan 4 : Dalam ayat ini Allah menyebutkan nimat kejadian manusia yang menjadi dasar semua persoalan dan pokok segala sesuatu. Sesudah Allah menyatakan nikmat mengajar Al-Quran pada ayat yang lalu, maka pada ayat ini Allah menciptakan jenis makhluk-Nya ini dan diajarka-Nya pandai membicarakan tentang apa yang tergores dalam jiwanya dan apa yang terpikir oleh otaknya, kalaulah tidak mungkin tentu Muhammad tidak akan mengajarkan Al-Quran kepada umatnya.
C.       Subjek Pendidikan Menurut Surat Ar-Rahman Ayat 1 – 4
1.         Ar-Rahman (اَلرَّحْمٰنُ)
Ar-Rahman adalah salah satu dari sekian banyak sifat Allah, yang mengandung makna pengasih kepada seluruh makhluknya didunia tanpa terkecuali, baik makhluk yang taat ataupun yang mengingkarinya, bahkan kepada iblispun Allah masih “sayang”. Ayat pertama ini kaitannya dengan pendidikan adalah seorang pendidik atau guru harus mempersiapkan dirinya dengan sifat rahman, yaitu mempunyai sifat kasih sayang kepada seluruh peserta didik atau murid tanpa pandang bulu, baik kepada murid yang pintar, bodoh, rajin, malas, baik ataupun nakal.
2.      Allamal Qur’an (عَلَّمَ اْلقُرْءَانَ)
Al-quran adalah kalamullah atau firman Allah, bukan ucapan Nabi atau manusia lainnya. Tidak ada sepatah katapun ucapan Nabi dalam Al-quran. Pada saat Al-quran diturunkan, Nabi melarang para sahabatnya untuk menghafal atau mencatat, apalagi mengumpulkan ucapannya. Beliau hanya menyuruh untuk menghafal dan mencatat Al-quran. Hal ini semata-mata untuk menjaga kemurnian firman Allah. Sedangkan Syekh Ali Ash-Shabuni mengatakan, Al-quran adalah kalam Allah yang mu’jiz, diturunkan kepada Nabi dan Rasul penghabisan dengan perantaraan Malaikat terpercaya, Jibril, tertulis dalam mushhaf yang dinukilkan kepada kita secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas. Al-quran merupakan sumber utama dalam pendidikan islam. Kalau pendidikan diibaratkan bangunan, maka isi Al-quran dan hadislah yang menjadi fundamennya
Al-quran dijadikan sebagai sumber pendidikan Islam yang pertama dan utama karena Al-quran memiliki nilai absolut yang diturunkan dari Tuhan. Allah Swt menciptakan manusia dan Allah pula yang mendidik manusia, yang mana isi pendidikan itu telah termaktub dalam wahyu-wahyu Nya. Tidak satu persoalanpun, termasuk soal pendidikan, yang luput dari jangkauan Al-quran.
Sebelum guru berada dihadapan siswa, guru harus terlebih dahulu mempersiapkan dalam artian menguasai, memahami materi yang akan disampaikan kepada siswa, baik materi pokok yang merupakan keahliannya maupun materi penunjang diluar keahliannya. Guru yang hanya menguasai bahan pokok akan melahirkan kegiatan belajar mengajar yang kaku.
3.      Kholakol Insan (خَلَقَ الْإِنْسَانَ)
Manusia adalah makhluk yang mungkin, dapat dan harus dididik, sesuai dengan hakekatnya sebagai makhluk ciptaan Allah Swt, yang hidup sebagai satu diri (individu) dalam kebersamaan (sosialitas) dalam masyarakat, dan karena memiliki kemungkinan tumbuh dan berkembang, di dalam keterbatasannya sebagai manusia. Pendidikan menjadi keharusan bagi manusia, karena empat fakta yang dihadapinya dalam kehidupan. Manusia hanya akan menjadi manusia karena pendidikan, karena mendidik berarti memanusiakan.
Dalam pendidikan Islam, pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik (subyek didik), baik potensi efektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa). Menurut Imam Al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membimbing hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
4.         ‘Allamahul Bayan (عَلَّمَهُ الْبَيَانَ)
‘Allamahul Bayan (mengajarnya pandai berbicara). Al-Hasan berkata: "Kata al-Bayan berarti berbicara. Karena siyaq berada dalam pengajaran Al-Quran oleh Allah Ta'ala yaitu cara membacanya. Dan hal itu berlangsung dengan cara memudahkan pengucapan artikulasi, serta memudahkan keluarnya huruf melalui jalannya masing-masing dari tenggorokan, lidah dan dua buah bibir sesuai dengan keragaman artikulasi dan jenis hurufnya.
Ayat ini kaitannya dengan proses pendidikan adalah seorang guru apapun pelajaran yang disampaikan, sampaikanlah dengan sejelas-jelasnya, sampai pada tahap seorang siswa (subyek didik) benar-benar faham. AI-Bayan berarti jelas. Namun ia tidak terbatas pada ucapan, tetapi mencakup segala bentuk ekspresi, termasuk seni dan raut muka.
Al-Qussy Membagi kebutuhan manusia (subyek didik) dalam dua kebutuhan pokok, yaitu :
a.       Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jasmani seperti makan, minum, dan sebagainya.
b.      Kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan ruhaniah.
D.      Surat Al-Kahfi: 66
قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا
Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"(Al-Kahfi: 66)

E.       Tafsir surat Al-Kahfi: 66
Dalam ayat ini Allah menyatakan maksud Nabi Musa as datang kepada Al Khidir, yaitu untuk berguru kepadanya. Nabi Musa memberi salam kepada Al Khidir berkata kepadanya: "Saya adalah Musa". Al Khidir bertanya: "Musa dari Bani Israel?" Musa menjawab: "Ya, benar! Maka Al Khidir memberi hormat kepadanya seraya berkata: "Apa keperluanmu datang kemari?" Nabi Musa menjawab, bahwa beliau datang kepadanya supaya diperkenankan mengikutinya dengan maksud supaya Al Khidir mau mengajarkan kepadanya sebagian ilmu yang telah Allah ajarkan kepada Al Khidir itu, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal saleh.
Dalam ayat ini Allah menggambarkan secara jelas sikap Nabi Musa sebagai calon murid kepada calon gurunya dengan mengajukan permintaan berupa bentuk pertanyaan itu berarti Nabi Musa sangat menjaga kesopanan dan mohon diperkenankan mengikutinya, supaya Al Khidir sudi mengajarkan sebagian ilmu yang telah Allah berikan kepadanya. Sikap Nabi Musa as, ini merupakan cerminan kesopanan yang harus dilakukan oleh seorang peserta didik kepada gurunya. Sedangkan sikap Nabi Khidr a.s merupakan cerminan dari kesabaran dan sikap lapang dada dalam memberikan bimbingan/pengajaran.
            Dengan demikian, seorang mendidik harus memiliki kompetensi dan kepribadian yang luhur dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah dengan memiliki sikap sabar dalam menghadapi prilaku peserta didiknya. Ayat ke-66 ini menjelaskan bahwa ucapan Nabi Musa as. terhadap Nabi Khidir as. adalah ucapan yang lemah lembut (tanpa paksaan). Oleh karena itu wajib bagi seorang muta’allim (pelajar) apabila menanyakan sesuatu hal kepada mua’llim (guru) dengan ucapan yang lemah lembut. Kata attabi’uka ialah          mengikuti dengan  sungguh-sungguh.
            Dari uraian surat-surat diatas, dapat kami simpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan subjek pendidikan.
1.      Kata Ar-Rahman menunjukkan sifat-sifat pendidik adalah murah hati, penyayang dan  lemah lembut, santun dan berakhlak mulia khususnya kepada peserta didik dan kepada masyarakat pada umumnya.
2.       Al-Quran merupakan sumber pendidikan Islam yang pertama dan utama, karena Al-Quran memiliki nilai absolut yang diturunkan dari Allah
3.      Ayat ini kaitannya dengan proses pendidikan adalah seorang guru apapun pelajaran yang disampaikan, sampaikanlah dengan sejelas-jelasnya, sampai pada tahap seorang siswa (subyek didik) benar-benar faham.
Subyek pendidikan meliputi pendidik dan peserta didik, keduanya merupakan suatu yang tidak dapat dipisahkan. Jika salah satu diantara keduanya tidak ada maka tidak akan terjadi proses pendidikan, sehingga tujuan pendidikan untuk mencapai insan kamil tidak akan dapat tercapai. Seorang mendidik harus memiliki kompetensi dan kepribadian yang luhur dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah dengan memiliki sikap sabar dalam menghadapi prilaku peserta didiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar