1.   
QS. Al Ruum
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.
Dalam kronologi surah Ar Rum ayat 54 
Kepada manusia dibentangkan jalan yang lurus yang menuju kepada keridaan Allah dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat sebagaimana yang disampaikan Rasulullah yang termuat dalam Alquran dan hadis. Di samping itu terbentang pula jalan yang sesat, jalan yang dimurkai-Nya yang menuju kepada tempat yang penuh derita dan sengsara di akhirat nanti. Manusia boleh memilih sa1ah satu dari kedua jalan itu; jalan mana yang akan ditempuhnya, apakah jalan yang lurus atau jalan yang sesat. Kemudian mereka diberi balasan nanti sesuai dengan pilihan mereka itu.
Ini adalah bagian terahir atau keempat dari ayat-ayat yang berbicara tentang perbuatan-perbuatan Allah swt. yang membuktikan ke-Esaan-Nya dan keniscayaan hari kiamat .Ayat diatas dikemukakan setelah aneka ragam argumen dan bukti yang telah dipaparkan oleh ayat yang sebelumnya .Argumen yang dikemukakan disini mencakup keadaan manusia pada tahap yang paling dini dari kehidupannya, sampai ketahap akhir keberadaannya di pentas bumi sambil menunjukkan kekuasaannya mempergantikan kondisi manusia .Ayat ini memulai dengan menyebut nama wujud yang teragung dan yang terkhusus baginya serta yang mencakup segala sifat-Nya yakni;
Allah swt dialah menciptakan manusia dari keadaan lemah yakni setetes seperma yang bertemu dengan indung telur laki-laki, tahap demi tahap meningkat dan meningkat hingga kemudian setelah melalui tahap bayi, kanak-kanak, dan remaja hingga ahirnya menjadi lansia .Dia menjadikan kamu sesudah kamu dalam keadaan lemah itu memiliki kemampuan sehingga kamu menjadi dewasa dan memasuki fase yang sempurna, hal ini memang mengikuti hukum sunatullah yakni dalam proses perubahan manusia melalui tahap demi tahap agar manusia dapat berfikir dan merenungkan hakekat penciptaanya dan ahir dari kehidupannya atau fase ahir dunia yang berupa kematian, sehingga dia tidak ingkar kepada sang Penciptanya .
Dia menjadikan kamu sesudah menyandang kekuatan itu menderita kelemahan _kembali dengan hilangnya sekian banyak potensi dan munculnya tanda-tanda peringatan alamiah yang berupa hilangnya kekuatan dan potensi diri tadi .Dia menciptakan apa yang ia kehendaki sesuai dengan ke-Esaan-Nya yang Maha Agung dan Dialah yang Maha Perkasa atas segala sesuatu .
Ayat diatas melukiskan pertumbuhan fisik kendati kelemahan dan kekuatan berkaitan juga dengan mental seseorang .Ada kelemahan manusia menghadapi sekian banyak godaan, juga tantangan yang menjadikan semangatnya berkurang .Disisi lain ada kekuatan yang dianugrahkan Allah berupa kekuatan fisik dan mental dalam menghadapi gelombang hidup .Tentu saja kekuatan dan kelemahan fisik maupun mental seseorang berbeda kadar kemampuannya tiap individu yang satu dengan individu yang lainnya, diatas dasar itulah agaknya kata ضعف _dha’if” kelemahan dan kata قـوة _Quwattun” kekuatan diaplikasikan dalam bentuk indefinit .
Perlu dicatat bahwa apa yang dikemukakan ayat diatas adalah uraian tentang tahap-tahap hidup manusia secara umum, bahkan yang dialami oleh umunya setiap manusia_ .Karna diantara manusia tidak menentu didalam perjalanan hidupnya yakni diantaranya manusia ada yang meninggal dunia di tahap awal perjalanan hidupnya, ada juga yang pada fase puncak kejayaannya .Namun, jika tahap puncak itu dilampauinya, maka pasti dia akan mengalami tahap kelemahan lagi .Adapun yang dialami manusia, hakikatnya semua kembali pada Allah swt. Karena itu, setelah menyebut tahap-tahap tersebut, ayat diatas mengegaskan bahwa Dia menciptakan apa yang ia kehendaki, dan menetapkan buat manusia tahap-tahap yang dilalui serta kadar masing-masing itu sama-sama ditetapkan atas dasar kekuasan-Nya yang menye luruh, karna Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa .
Dalam kronologi penjelasan ayat yang lain yankni dalam surah surah _Yaasin ayat 77 Allah swt. Menjelaskan bahwa pada kenyataannya manusia diciptakan dalam keadaan lemah .
أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!
Karena adanya sebagian manusia tidak percaya tentang adanya hari berbangkit, maka dalam ayat ini Allah swt. mengingatkan mereka kepada kekuasaan Nya dalam menciptakan manusia, sebagai bagian dari seluruh makhluk Nya. Ini dikemukakan dengan nada keheranan atas sikap sebagian manusia itu. Yaitu: apakah manusia itu tidak memikirkan dan tidak memperhatikan bahwa Allah telah menciptakannya dari setetes air mani, tetapi kemudian setelah ia lahir ke dunia dan menjadi dewasa, tiba-tiba lalu menjadi orang yang bersikap memusuhi Allah dan Rasul Nya? Sikap semacam ini benar-benar tidak dapat diterima oleh pikiran yang sehat. 
Apabila manusia menginsafi bahwa Allah kuasa menciptakannya, bahkan dari setetes air mani, kemudian menjadikan makhluk yang paling baik di bumi ini, pastilah ia yakin, bahwa Allah kuasa pula mengembalikannya kepada asal kejadiannya itu, dan Ia kuasa pula untuk mengulangi kembali penciptaan Nya itu, yakni pada hari berbangkit.
Dalam kronologi surah Al Ma’arij 19 – 27
Tidak bisa dipungkiri kalau memang kenyataannya manusia itu sebenarnya adalah mahluk yang lemah hanya saja kekurangan itu dapat di tutupi karna manusia di beri kelebihan yang tidak dimiliki oleh mahluk selain manusia yakni bahwa manusia itu dianugrahi akal oleh sang Maha Mengetahui . Dengan akal tersebut manusia dapat menutupi kekurangannya . Namun, kemudian yang sangat disayangkan justru manusia itu lupa akan kenyataan dirinya dan dia mulai menjadi angkuh kepada Tuhannya, berkehendak sesuka hatinya dan menjadi congkak, sebagaimana kehidupan bangsa dimasa lampau, sehingga akhirnya mereka di binasakan akibat ulah perbuatan mereka sendiri .
Manusia seharusnya dapat menyadari bahwa dirinya diciptakan dimuka bumi ini karna memiliki tugas yang harus diembannya yang tidak lain bahwa didalam menjalani hidup ini manusia mempunyai visi berupa amanah yang harus ia jalankan dengan sebaik-baiknya karena amanah tersebut langsung dari sang Maha Pencipta sehingga nanti dihadapannya harus ia pertanggung-jawabkan dengan segala konseku kuensinya .Oleh karnanya kelemahan-kelemahanya seharusnya menjadi kaca supaya ia dapat mengantisi pasi atas segala kekurangannya sehingga ahirnya Ia tidak menjadi orang yang ingkar terhadap segala apa yang telah diperintahkan Tuhan untuknya .
Tuhan menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna bukan berarti lantas manusia itu lupa dengan identitas dirinya sebagai mahluk ciptaan _yang mana seharusnya Ia sadar kalau hidup ini adalah sekedar lintasan_ yang berarti hidup ini hanyalah sementara saja :
Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al Ma’arij ayat 19-27 
إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا ¤ إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا ¤ وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا ¤ إِلا الْمُصَلِّينَ ¤ الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ دَائِمُونَ ¤ وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ ¤ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ ¤ وَالَّذِينَ يُصَدِّقـــُونَ بِيَوْمِ الد ِّيــن ¤ ِ وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِرَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ ¤ 
“ Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.Q Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,Q dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,Q kecuali orang-orang yang mengerjakan salat,Q yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya,Q dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu Q bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta),Q dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan,Q dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. ( Q.S Al Ma’arij ; 19-27 )
Pada ayat ini ditegaskan bahwa manusia itu bersifat suka berkeluh kesah dan kikir. Namun, sifat ini dapat diubah jika dituruti petunjuk Tuhan yang dinyatakan-Nya dalam ayat 22 s.d. 24. Manusia yang menghindari petunjuk Tuhan dan seruan Rasul; mereka adalah orang-orang yang sesat. 
Tentunya dapat kita pahami dari penjelasan ayat diatas bahwasanya memang pada dasarnya kebanyakan manusia, cenderung selalu merintih ketika mereka hanya diberi cobaan yang yang sifatnya ringan mereka tidak ingat dengan pemberian ni’mat Allah yang jauh lebih banyak ketimbang cobaan yang diberikannya, mereka ingin selalu hidup ni’mat tanpa adanya musibah apapun .Padahal jika dipahami secara mendalam, sesungguhnya Allah memberikan cobaan itu, karna sebenarnya Dia sayang kepada hamba-hamba-Nya, dan dengan cobaan itu_semuanya mengandung hikmah yang pada dasarnya agar kita tidak lupa dengan sifat pemurah dan kasih sayang-Nya.
Dan juga kebanyakan manusia selalu mengeluh apabilah ia diberi rizki yang bersifat non-materiil mereka menganggap bahwa rizqi itu hanyalah sesuatu yang tampak saja sehingga mereka tidak mau men syukurinya sehingga mereka berburuk sangka kepada Allah swt.jika keberadaan kondisi mereka tidak mempunyi harta yang melimpa. Dan ketika Allah memberikannya berupa rizqi yang material dan melim pah kebanyakan mereka justru menjadi kikir dan tidak mau bersadaqah mereka menganggap harta itu mereka peroleh dari jeripayah mereka sendiri –yang makanya didalam ayat tersebut disebutkan istilah- istilah kecut yang mendeskriditkan manusia seperti; “ halu’a” _” jazu’a “_dan kemudian “ manu’a” agar mereka bisa sadar bahwa semua yang dimiliki manusia pada hakikatnya adalah hampa jika harta benda dan jiwa mereka tanpa diiringgi dengan suatu kebaikan kepada diri sendiri terutama terhadap orang lain .

Tidak ada komentar:
Posting Komentar